Reduksi Produk Cacat pada Produksi Benang dengan Pendekatan Metode Lean Six Sigma

Amelia Munawaroh, Moses Laksono Singgih
Submission Date: 2017-08-02 07:17:28
Accepted Date: 2017-09-28 00:00:00

Abstract


Perusahaan amatan adalah perusahaan yang memproduksi benang dan kain berlokasi di Pandaan. Penelitian pada Tugas Akhir ini hanya difokuskan pada Departemen Spinning pembuatan benang. Terdapat permasalahan yang terjadi pada departemen tersebut, yaitu adanya pemborosan (waste) dilantai produksi dan adanya complain dari internal customer yaitu Departemen Weaving. Penelitian ini bertujuan untuk menghitung nilai sigma dari kondisi eksisting dan mengurangi jumlah defect yang berada di lantai produksi. Langkah yang dilakukan dalam penelitian ini disesuaikan dengan framework DMAIC. Fase Define dimulai dari identifikasi kondisi eksisting melalui penggambaran Value Stream Mapping (VSM), activity Classification Diagram, dan penyebaran kuisioner menggunakan AHP untuk identifikasi waste kritis, serta identifikasi dari macam-macam Critical To Quality (CTQ). Pemborosan yang paling sering terjadi pada lantai produksi adalah adanya defect. Fase Measure yaitu dimulai dengan penghitungan nilai sigma dan pemilihan defect yang kritis menggunakan pareto diagram. Dari hasil penelitian rata-rata nilai sigma pada proses produksi benang yaitu sebesar 3,5 sigma. Fase Analyze yaitu dengan dilakukan analisis akar permasalahan adanya defect dengan menggunakan tools Root Cause Analysis (RCA). Setelah itu, dirancang kuesioner Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) yang diisi oleh salah satu orang ahli di perusahaan untuk menilai tingkat severity, occurrence, dan detection dari masing-masing akar permasalahan hingga didapatkan nilai Risk Priority Number (RPN). Dari hasil penelitian didapatkan tiga akar permasalahan yang memiliki nilai RPN tertinggi yaitu proses perawatan dan pengecekan komponen mesin produksi benang kurang baik, operator kurang memperhatikan standardisasi dalam peraturan (setting) mesin, dan komponen mesin pada proses produksi mengalami aus. Pada fase Improve dibangun rekomendasi perbaikan sesuai dengan akar permasalahan tersebut. Rekomendasi perbaikan yang diusulkan adalah adanya pembuatan SOP yang baik dan benar serta ditempel pada setiap mesin produksi, pembuatan form pengontrolan kondisi mesin, dan adanya pengadaan pengawas lapangan serta pemberia training secara rutin kepada operator dengan interval 3 bulan sekali. Dengan adanya improvement tersebut, defect dapat direduksi sebesar 45,72% dan nilai sigma meningkat menjadi 3,77 sigma.

Keywords


Lean Six Sigma; Value Stream Mapping; Analytical Hierarchy Process; Root Cause Analysis; Failure Mode and Effect Analysis

References