Analisis Perkerasan Lentur Landa Pacu Bandar Udara Juanda dengan Membandingkan Aspal Shell dengan Aspal Pertamina
Abstract
Kondisi perkerasan lentur runway bandara di Indonesia memiliki beragam karakteristik material yang berbeda-beda dengan tipe perkerasan lentur menggunakan aspal minyak sebagai pengikat dan agregat serta filler atau pengisi campuran aspal. Kinerja optimum dari suatu lapisan perkerasan dapat dicapai melalui variasi campuran aspal dengan mengkombinasikan beberapa material yang masing-masing sifatnya menguatkan apabila telah disatukan di dalam suatu campuran. Kerusakan aspal yang pernah terjadi di Indonesia diantaranya adalah terkelupasnya aspal dibeberapa titik di landasan Bandara Juanda, lalu kasus lain yang terjadi di Bandara Ngurah Rai, Bali yaitu terkelupasnya aspal di sekitar ujung barat landas pacu 09. Kasus seperti ini umumnya disebabkan oleh pembebanan yang terjadi berlebihan (overload) atau panas akibat temperatur lingkungan maupun panas mesin jet dan bergantung pada material aspal yang digunakan.Berdasarkan peraturan, di dalam ASTM dan SNI, uji karakteristik material pada tugas akhir ini dibagi menjadi dua yaitu uji karakteristik aspal dan uji karakteristik agregat. Dari hasil uji karakteristik aspal didapat untuk aspal Shell nilai penetrasi 63.2 mm, nilai titi lembek 53.2˚C, nilai titik nyala dan titik bakar 302˚C dan 324˚C, nilai daktilitas 141.5 cm, dan nilai berat jenis 1.033 gr/m3 sedangkan hasil uji aspal Pertamina didapat nilai penetrasi 63.9 mm, nilai titik lembek 52.5˚C, nilai titik nyala dan titik bakar 280˚C dan 310˚C, nilai daktilitas 139.5 cm, dan nilai berat jenis sebesar 1.028 gr/m3.Dari hasil uji karakterisik dan uji Marshall jika dihubungkan dengan permasalahan kerusakan runway di Bandara Juanda jenis kerusakan potholes atau lubang dan kerusakan jetblast erosion yang keduanya dominan dipengaruhi oleh lalu lintas beban yang diterima oleh runway secara kontinu dan akibat panas yang diterima oleh runway dari panas mesin jet maka dibutuhkan material aspal yang memiliki karakteristik dengan kemampuan ketahanan terhadap panas. Hasil kedua material aspal tidak berbeda jauh namun dari perbedaan itu bisa dilakukan uji lebih lanjut untuk mengetahui penyebab perbedaannya